Implementasi Ideologi dan Manajemen Pendidikan terhadap Kualitas Pendidikan Indonesia
Anggaran pendidikan sebanyak 20% dari total APBN telah dilaksanakan sejak satu dekade lalu. Desentralisasi pendidikan juga telah diterapkan di Indonesia. Keberhasilan sistem pendidikan dapat dilihat dari outcome/keluarannya. Namun, Indonesia masih mendapatkan hasil skor PISA yang rendah tahun 2018 yaitu Indonesia hanya mendapatkan skor dalam bidang literasi membaca sebanyak 371, sedangkan skor rata-rata literasi membaca di negara anggota OECD adalah 487. Skor bidang matematika yang didapatkan Indonesia sebesar 379, sedangkan skor rata-ratanya yaitu 489. Terakhir skor untuk bidang sains sebanyak 396, sedangkan skor rata-rata negara anggota OECD yaitu 489. Hal ini menandakan bahwa Indonesia memiliki kualitas pendidikan di bawah standar kebutuhan pasar global dan dituntut untuk segera membenahi sistem pendidikan nasionalnya.
Berdasarkan konsep paradigma baru manajemen pendidikan, mengapa kualitas pendidikan di Indonesia masih tetap rendah dan apa saja konsep paradigma baru manajemen pendidikan yang bisa dieksplor serta dikembangkan untuk bisa meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia?
Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Mengacu pada uraian yang disampaikan di dalam blog Universitas Islam An-Nur Lampung (2022), dapat diketahui beberapa alasan yang menyebabkan masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut:
- Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
- Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
- Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
- Standarisasi Pendidikan di Indonesia
- Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
- masih banyaknya gedung-gedung sekolah yang masih jauh dari kata layak (umumnya terdapat di daerah 3T) dan beberapa di antaranya tidak memiliki gedung sendiri
- masih kurangnya penggunaan media belajar.
- buku perpustakaan tidak lengkap dan bahkan masih banyak sekolah yang belum memiliki perpustakaan yang lebih banyak terjadi pada tingkat Sekolah Dasar (SD).
- sarana dan prasarana laboratorium tidak standar dan masih banyak juga sekolah yang belum memiliki laboratorium.
- Rendahnya Kualitas dan Kesejahteraan Tenaga Pendidik
- Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan: Mahalnya Biaya Pendidikan
Masih kurangnya efektivitas pendidikan di Indonesia, membuat capaian belajar siswa masih berada jauh dari standar mutu yang ditetapkan. Hal ini dipicu oleh model pendidikan jadul yang cenderung lebih bersifat kontekstual, sehingga perserta didik kurang memaknai urgensi dari pendidikan itu sendiri. Karena ketidakpahaman mereka dengan materi pembelajaran, maka kegiatan proses belajar mengajar menjadi monoton dan membosankan.
Jika diperhatikan, model pendidikan di Indonesia masih mengadopsi metode klasik yang lebih berorientasi pada hasil sehingga melupakan prosesnya. Implikasinya adalah pembelajaran menjadi tidak menyenangkan lagi bagi peserta didik, karena mereka dibombardir untuk mengejar target kurikulum sehingga waktu yang dihabiskan pada pembelajaran formal menjadi lebih banyak.
Salah satu dampak yang paling nyata dari ketidakjelasan efektivitas dan efisiensi pendidikan adalah banyaknya angka lulusan yang menganggur. Dikarenakan kurikulum yang kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja menyebabkan ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja saat ini. Implikasinya adalah menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri karena lulusan tidak memiliki keterampilan hidup.
Dengan adanya badan-badan atau lembaga yang mengatur pelaksanaan standardisasi dan kompetensi pendidikan formal maupun informal, menciptakan paradigma negatif dalam memahami maksud dan tujuan dibalik pembuatan standar dan capaian kompetensi tersebut. Alih-alih menikmati proses dan praktik pendidikan, peserta didik dan pendidik hanya berupaya memenuhi target standar dari sisi kognitifnya saja.
Rendahnya kualitas sarana pendididikan terlihat dari:
Masih rendahnya kualitas sarana pendidikan berdampak langsung pada prestasi siswa yang sulit untuk mencapai batas standar yang ditentukan.
Rendahnya kesejahteraan guru memberikan implikasi negatif pada kualitas pendidikan Indonesia. Salah satu keadaan yang memprihatinkan dan sekaligus dampak yang ditimbulkan dari kurangnya kesejahteraan untuk guru adalah banyaknya guru yang belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Salah satu penyebab kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan adalah karena biaya pendidikan yang mahal. Sehingga kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar dimana angka partisipasi peserta didik memiliki grafik tertinggi pada jenjang sekolah dasar dan akan terus menurun seiring semakin naiknya jenjang pendididkan tersebut dari SLTP, SLTA, hingga Perguruan Tinggi. Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas.Kurangnya sosialisasi tentang pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD & TK) ikut menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan.
Konsep Paradigma baru manajemen pendidikan yang dapat dieksplor dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Bastian (2022) menguraikan sepuluh konsep paradigma baru manajemen pendidikan yang penyelenggaraannya lebih berorientasi pada nilai-nilai kemasyarakatan. Adapun kesepuluh konsep tersebut adalah:
- Kesetaraan. Konsep ini difokuskan pada penyiapan standarisasi pelayanan dan akses pendidikan yang adil bagi semua peserta didik.
- Wahana pemberdayaan bangsa. Konsep ini mengacu pada pembentukan karakter, kepribadian, dan kemampuan peserta didik agar bisa menghadapi tantangan di masa depan.
- Pemberdayaan masyarakat. Konsep ini bertujuan untuk merencanakan materi dan kompetensi pendidikan yang lebih fungsional agar nantinya lulusan memiliki keterampilan dan bisa berpartisipasi secara profesional dalam pembangunan.
- Kemandirian dan pemerataan. Konsep ini berfokus untuk menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja, baik secara mandiri ataupun menjadi staff yang tujuannya adalah untuk pemerataan kesempatan bagi semua.
- Toleransi dan konsensus. Pendidikan lebih diarahkan pada diskusi-diskusi yang berkaitan dengan konsep-konsep pembangunan dan kemasyarakat agar memiliki kesamaan persepsi dalam hal tersebut.
- Perencanaan pendidikan. Melibatkan multi stakeholders dalam merencanakan pendidikan yang lebih baik di masa mendatang.
- Rekonstruksi. Konsep ini bisa dijadikan dasar untuk membangun sikap dan pandangan kritis terhadap suatu fenomena. Menggunakan basis data masa lalu untuk menelaah masa kini agar lebih siap untuk menghadapi dan punya persiapan yang baik untuk masa depan.
- Orientasi peserta didik. Konsep ini difokuskan pada penyiapan peserta didik untuk mengaplikasikan nilai-nilai budaya dan tradisi Indonesia dalam kehidupannya sehari-hari.
- Pendidikan multikultural. Konsep ini difokuskan pada pembentukan sikap toleran dan demokratis para peserta didik agar mampu hidup secara berdampingan dalam berbagai perbedaan.
- Prinsip global. Melalui pendidikan, bangsa Indonesia dipersiapkan untuk bisa bersaing dalam kompetisi global dan menjadi salah satu negara besar dunia.
Berdasarkan penyebab-penyebab utama yang melatarbelakangi masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, maka sepuluh konsep paradigma baru manajemen pendidikan yang diuraikan oleh Bastian di atas, dapat dijadikan dasar dalam mewujudkan pendidikan yang lebih mutual agar Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia bisa ditingkatkan secara bertahap dan berkelanjutan. Jika lebih dispesifikkan lagi, maka paradigma pendidikan nasional lebih difokuskan pada lima hal berikut:
- Pendidikan lebih diorientasikan pada kebutuhan peserta didik.
- Penyelenggaraan pendidikan lebih diarahkan pada pembelajaran yang lebih fleksibel.
- Akreditasi dan standar pendidikan internasional dijadikan indikator penentuan mutu pendidikan.
- Pendidikan berorintasi pada layanan pendidikan seumur hidup.
- Sertifikasi menjadi pendobrak batas pendidikan sekolah formal dan informal.
Ideologi yang digunakan sebagai rujukan paradigmatik dalam mendesain kebijakan-kebijakan pendidikan pada tingkat nasional maupun regional penting untuk dipertanyakan kembali
.Apa Ideolog Pendidikan seperti apa yang dianut Indonesia saat ini?
Ideologi Indonesia dalam gagasan KonseptualnyaIdeologi pendidikan merupakan seperangkat aturan yang dijadikan landasan dalam mencapai tujuan pendidikan (Faza, 2021). Budiarta (2019) menjelaskan bahwa praktik pendidikan pada suatu masyarakat merupakan wujud dari orientasi ideologis yang dianut oleh masyarakat tersebut. Mengaju pada pandangan Budiarta tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan pendidikan di Indonesia idealnya menggunakan dasar ideologi Pancasila dalam membangun pendidikan yang kritis dan tanggap akan perubahan dunia yang dinamis.
Namun dalam praktiknya, bangsa Indonesia masih terjebak dalam sekelumit persoalan terkait implementasi idiologi dalam dunia pendidikan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bastian (2022), ideologi pendidikan Indonesia lebih mengarah pada ideologi konservatif yang lebih menekankan tujuan pendidikan pada pemahaman nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang berketuhanan yang maha esa. Faza (2021) menambahkan bahwa kaum konservatif menganggap sasaran utama sekolah adalah pelestarian dan penerusan struktur dan sistem sosial serta pola-pola dan tradisi-tradisi yang sudah mapan. Adapun ciri-ciri implementasi dari ideologi pendidikan konservatif tersebut, di antaranya adalah:
- Metode pembelajaran masih menganut sistem tradisional yang kaku. Metode pengajaran dan penilaian hasil belajar ditekankan pada tata cara pengajaran dalam kelas yang tradisional, misalnya ceramah, hapalan, serta diskusi kelompok yang terstruktur secara ketat.
- Pembelajaran masih beriorientasi pada pendidik. Pembelajaran terbaik ditentukan dan diarahkan oleh guru, sebab siswa tidak cukup tercerahkan untuk mengarahkan proses perkembangan intelektualnya sendiri.
Jadi, berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa idealnya ideologi pendidikan Indonesia adalah ideologi Pancasila, namun dalam praktiknya pendidikan Indonesia lebih cenderung pada ideologi pendidikan konservatif.
Posting Komentar untuk "Implementasi Ideologi dan Manajemen Pendidikan terhadap Kualitas Pendidikan Indonesia"
Posting Komentar